KELOMPOK 3
1. Siti Nur Fajaria
2. Siti Adiyati
3. Siti Juleha
4. Putri Andriyani
5. Putri Susanti
6. Putri Yuli Astuti
7. Rosa Eva
8. Spangga
9. Sayyidina Suci M
10.Petrus Namora S
TEORI ALIRAN HUMANISTIK/PHENOMENOLOGIS
DAN EKSISTENSIALISME
Aliran humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.
Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.
Aliran humanistik ini mempunyai pertalian yang erat dengan aliran eksistensialisme. nyatanya, banyak Psikolog-psikolog Humanistik berorientasi eksistensialisme. Psikologi Humanistik dan Eksistensialisme mementingkan keunikan-keunikan pada seorang individu, usahanya mencari nilai-nilai, dan kebebasannya untuk memuaskan diri. Aliran eksistensialisme menekankan beberapa tema dasar yang diantaranya tema menghendaki arti, kecemasan eksistensial, dan menemukan ketidakadaan (kehampaan) adalah yang paling tepat.
Tema-tema ini dapat dilihat pada paparan dari Viktor Frankl merupakan salah seorang psikiater yang berorientasi eksistensialisme yang sangat menonjol. Viktor Frankl mendirikan aliran Psikoterapi-Logoterapi dari pengalaman pahit dan lama dalam kamp konsentrasi Nazi yang kejam. “Logoterapi” berasal dari perkataan Yunani logos yang berarti “arti/ makna” atau “spirit”. Maka logoterapi berfokus pada arti eksistensi manusia dan usahanya mencari arti itu.
Untuk menstimulasi pencarian arti dalam diri pasien-pasiennya, frankl bertanya kepada mereka yang putus asa: “…….karena kamu hidup begitu menderita kenapa kamu tidak bunuh diri?” dari jawaban-jawaban mereka, misalnya karena cinta kepada anak, ibu atau kekasih, karena pengabdian kepada tugas atau partai, Dr. Frankl bisa memunculkan dan menggabungkan semua tenaga-tenaga pendorong yang memberi arti kepada kehidupan psikik dan spiritual mereka.
Motto logoterapi adalah pernyataan Nietzche yang terkenal: “Ia yang mempunyai sebab untuk hidup dapat menanggungkan hampir segala-galanya”. Baginya, sebab pokok ledakan gangguan-gangguan emosional adalah rasa frustasi dari kehendak manusia akan “arti
Jadi, kehendak akan “arti’ adalah watak dasar manusia. Frustasi terhadap kehendak itu membawa kepada kekosongan dan eksistensial, kepada pertemuan dan ketidakadaan; dengan yang tidak hidup. Frustasi ini terutama sekali berujud kebosanan dan “kecemasan eksistensial” yang mungkin sekali bisa membawa kepada apa yang disebut oleh Frankl sebagai “noogenic neurosis”. Noogenic neurosis adalah suatu neurosis yang timbul akibat konflik moral dan spiritual antara berbagai nilai-nilai, bukan sebagai akibat konflik antara dorongan-dorongan.
Ada dua kutipan pendek dari pandangan eksistensialisme dalam menyangkal psikoanalisis dan behavior :
- Pencarian arti (makna) bagi manusia adalah merupakan suatu kekuatan primer dan bukan “rasionalisasi sekunder” dari dorongan-dorongan instink.
- Arti (makna) itu unik dan khusus hingga harus dan hanya dapat dipenuhi oleh manusia itu sendiri; barulah tercapai kepuasan kehendaknya akan arti (makna).
Ada beberapa penulis yang mengatakan bahwa arti dan nilai tidak lain hanyalah mekanisme pertahanan, reaksi-reaksi formasi dan sublimasi-sublimasi. Tapi bagi eksistensialisme manusia tidak hidup semata-mata demi “mekanisme pertahanan” dan juga tidak rela mati demi sebuah “reaksi formasi”. Tapi manusia sanggup hidup maupun mati demi ideal-ideal dan nilai-nilainya.
TEORI CARL ROGERS/PSIKOLOGI SELF
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).
Rogers terkenal dengan teori selfnya dalam menjelaskan kepribadian. Teori dari rogers pada dasarnya bersifat phenomenologis. Sebelum menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai teori rogers perlu diungkapkan disi makna dari self itu sendiri secara psikologi. Istilah self banyak didefinisikan oleh para ahli-ahli psikologi dengan berbagai sudut pandang yang berbeda tapi dengan tujuan satu yakni menjelaskan mengenai diri individu. Secara umum dapat dijelaskan bahwa self di dalam psikologi memiliki dua makna, yakni :
- Sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa self adalah sebagai objek, karena pengertian ini mengarah kepada sikap, perasaan, pengamatan dan penelaahan individu terhadap dirinya sendiri sebagai objek dengan kata lain self adalah apa yang dipikirkan orang tentang dirinya sendiri.
- Suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.. Dalam hal ini self dapat dimaknakan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti berpikir, mengingat dan mengamati.
Dalam teori-teori psikologi modern ditekankan bahwa self bukanlah sesuatu yang ada di dalam yang mengatur tingkah laku manusia bukanlah sebagi jiwa adalam arti metafisis. Suatu teori self menunjukkan adanya usaha untuk menyelidiki gejala-gejala dan membuat suatu konsepsi dari hasil penyelidikan mengenai tingkah laku itu.
POKOK-POKOK TEORI ROGERS.
Konsep pokok dari teori Rogers :
1. organism. Keseluruhan individu.
Yang memiliki sifat :
•organism bereaksi sebagai keseluruhan dari medan phenomenal dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya.
•Organism mempunyai satu motif dasar yakni mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
•Organisme mungkin melambangkan pengalamannya atau menolak pelambangan itu, hal ini merupakan munculnya pola disadari maupun tak disadari, atau mungkin juga organisme itun tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2. Medan phenomenal.
Yaitu keseluruhan pengalaman yang memiliki sifat disadari dan tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari dari medan phenomenal tersebut dilakan atau tak dilambangkan.
3. Self,
yaitu bagIan dari medan phenomenal yang terdeferensisasikan dan terdiri dari pola-pola penamatan dan penilaian sadar dari pada diri ( I or me). Self mempunyai bermacam-macam sifat :
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam bentuk yang tidak wajar.
- Self menginginkan adanya konsistensi yang maksudnya adanya keutuhan/kesatuan dan keselarasan.
- Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai suatu ancaman.
- Self kemungkinan besar berubah sebagai hasil dari adanya proses kematangan dan belajar.
Dalam menjelaskan mengenai dimensi teori kepribadian yang terdiri dari struktur, pertumbuhan dan perkembangan, psikopatologi dan perubahan tingkah laku/modifikasi tingkah laku digambarkan oleh rogers dalam 19 buah dalil dalam bukunya Client Centered Therapy yang merupakan teori rogers yang mengenali self.
Dalil 1 sampai dengan 7 menyatakan tentang phenomenologis dan mengenai individu yang bertingkah laku.
1.Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu beryba, dimana individu menjadi pusat.
Penjelasan : Pengalaman merupakan segala seuatu yang terjadi dalam individu setiap saat, termasuk proses psikologis, kesan sensorik, dan aktivitas-aktivitas motorik.
Menurut dalil ini dunia pengalam individu hanya dapat dikenal oleh individu itu sendiri, hanya saja bekum tentu individu bisa atau mampu mengembangkan pengalaman dirinya sebaik-baiknya walaupun secara potensial telah dimilikinya.
Hal ini merupakan dasar dari client centered therapy bahwa sumber terbaik dalam penelaahan prilaku adalah individu itu sendiri, karena setiap pernyataan pribadinya merupakan lambang dari pengalama batinnya, untuk mempelajari apa yang ada dalam dunia pribadi individu dengan cara mendengarkan apa yang diungkapkan oleh individu itu.
2.Individu memberikan reaksi terhadap medan phenomenal sebagaimana medan tersebut dialami dan diamati, bagi individu dunia pengamatan adalah kenyataan.
Penjelasan : individu tidak hanya bereaksi pada stimulus dari luar ataupun karena adanya dorongan dari dalam diri, tetapi individu beraksi terhadap hal yang merangsang dan mendorongnya seperti apa yang dalaminya. Segala sesuatu yang dipikirkan sebagai hal yang benar, baik itu benar ataupun tidak adalah kenyataan, dan kenyataan subjektif inilah yang menentukan tingkah laku.
Individu cenderung mencek dunia pengalaman dengan dunia sebenarnya, hal ini akan memberinya pengetahuan yang dapat dihubingjan dengan dunia sehingga dia dapat bertingkah laku secara realistis. Namun Rogers juga mengakui tidak selamanya di test atau ditest secara tidak akurat sehingga menyebabkan tingkah laku yang tidak realistis.
3.Individu bereaksi terhadap medan phenomenal sebagai satu kesatuan yang terorganisir,
Rogers berpendapat menyelediki individu tidak bisa secara segmental, individu merupakan sistem yang terorganisir, sehingga perubahan yang terjadi pada setiap bagiannya akan menimbulkan perubahan-perubahan pada bagian lainnya.
4.Individu memiliki satu kecenderungan dan dorongan dasar yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri
5.Tingkah laku adalah usaha individu untuk berarah pada tujuan, yakni memenuhi dan memuaskan kebutuhan sebagaimana dialaminya dan dlam medan phenomenal sebagimana yan dianatunya. Walau banya kebutuhan-kebutuhan namun segalanya mengabdi keapada tujuan individu untuk mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri
6.Emosi mengikuti dan umumnya memberikan fasilitas tingkah laku kepada arah tujuan itu. Emosi ini intensitasnya beragam-ragam sesuai dengan arti situasi bagi individu, apabila bahaya dan mengancam hidunya maka akan semakin kuat, demikian sebaliknya.
7.Jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku adalah melalui internal frame of reference individu itu sendiri. Yang merupakan pernyataan sikap dan perasaan yang diungkapkan dalam situasi atau suasana bebas (permissive, no threatening)- merupakan manifestasi client centered therapy.
Dalil-dalil bermikutnya membahas tentang konsepsi self secara lebih mendalam
8.suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi sedikit terdiferensiasi sebagai self. Self merupakan kesadaran individu akan adanya dan berfungsinya individu, jadi self merupakan objek dari pengalaman-pengalaman yang menunjukkan aku, atau dapat dikatakan sekumpulan pengalaman-pengalaman yang menunjukkan diri individu.
9.Struktur self terbentuk melalui pola pengamatan yang teratur, lentur, selaras dalam hubungannya dengan individu yang merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan terutama saling pengaruh yang bersifat penilaian-penilaian.
10.Nilai-nilai terikat pada suatu pengalaman dan nilai-nilai merupakan bagian struktur self, dalam bebrapa hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh individu, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam diri yang diambil dari orang lain tetapi diamati sebagai dialami langsung.
11.Penagalaman yang terjadi dalam kehidupan individu dapat dihadapi dengan model :
- Dilambangkan, diamati dan diatur dalam hubungan dengan struktur self.
- Diabaikan, karena tak ada hubungan yang jelas dengan struktur self.
- Ditolak atu juga bisa dilambangkan secara palsu karena pengalaman tidak sejalan dengan struktur self.
12.Kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi self. Jadi menurut rogers cara yang paling baik mengubah perilaku ialah dengan mengubah konsepsi self.
13.Dalam beberapa hal tingkah laku merupakan dorongan dari pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan organis yang tidak dilambangkan. Tgingklah laku ini tidak selaras dengan struktur self.
Penjelasan : Jika kita lihat dalil 12 dan 13 ditinjau secara bersamaan makan sistem pengatur tingkah kau ada 2 yakni self dan sistem organis, kedua sistem ini diharapkan bekerja selaras seperti tergambar pada dalil 15, jika bertentangan satu dengan yang lainnya maka hasilnya adalah ketegangan dan penyesuaian diri yang tidak baik seperti tergambar pada dalil 14.
14.Psychological maladjustment terjadi pada saat individu menolak menjadi sadarnya pengalaman sensoris dan visceral yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan kedalam struktur self, apabila terjadi hal seperti ini akan menimbilkan psychological tension.
15.Psychological adjustment terjadi pada saat pengalaman sensoris dan visceral didisimilasikan pada prelambangan (sadar) kepada hubunagn yang selaras deng konsepsi self.
16.Tiap pengalaman yang tidak selaras dengan struktur self akan dianggap sebagai ancaman, dan struktur self akan mempertahankan diri, self akan membentuk pertahanan-pertahanan terhadap pengalaman yang mengancam tadi dengan menolaknya untuk memasuki kesdaran. Jika hal ini terjadi gambaran diri akan makin kurang cocok dengan kenyataan individum berakibat makin banyaknya bentuk-bentuk pertahanan untuk memberi gambran palsu, self akan kehilangan hubungannya dengan pengalaman organisme yang sebenarnya dan meningkatkan pertentangan dan menimbulkan ketegangan sehingga individu semakin mal-adjusted.
17.Kondisi ketidakselaras yang terjadi menjadi hal-hal yang tidak disadari karena ada penolakan. Proses therapy harus membuat individu dalam kondisi yang tanpa bahaya/ancaman dengan membuat perasaan individu bahwa ia diterima sepenuhnya oleh counselor. Hal ini mendorong individu untuk menjelaskan perasaan-perasaan tak sadarnya dan menyadari, lambat laun individu akan lebih mengenal perasaan tak sadarnya yang dianggapnya sebagai ancaman, dan perasan-perasaan itu diasimilasikan ke dalam sutruktur self, individu melakukan mekanisme reorganisasi konsepsi self agar bisa sejalan dengan kenyataan pengalaman organismiknya.
18.Keuntungan yang dapat dicapai dari rposes terapy 17 adalah individu akan main mengerti dan menerima orang lain karena pengalaman yang terdahulu ditolaknya terlah terasimilasi. Apabila individu mengalami dan menerima segala pengalaman sensorik dan visceralnya kedalam sistem yang selaras maka akan lebih mudah memahami orang lain dan menerima orang lain sebagai individu. Individu yang defensif cenderung akan memusuhi atau menolak terhadap individu lain yang menurut pengamatannya mencerminkan tingkah laku yang menggambarkan perasaan yang ditekannya. Sebaliknya apabila individu dapat menerima perasaan yang ditekannya dan menerima permusuhannya maka ia akan lebih torelan terhadap individu lain yang mengekspresikan perasaan yang sama akibatnya hubungan sosial semakin baik,
Contoh :
Individu ——- terancam impuls seks —— ditekan —— mengkritik individu yang menonjolkan seksualitas
19.Jika individu lebih banyak mengamati dan menerima pengalaman organisnya ke dalam struktur selfnya, dia kan mengetahui bahwa sistem nilainya kini didasarkan pada penerimaannya dengan proses penilaian terus menerus.
Untuk adanya adjustment yang sehat individu harus selalu menilai pengalaman-pengalamannya untuk mengetahui apakah perlu adanya perubahan pada sistem nilainya. Struktur nilai yang tepa cenderung untuk mencegah individu bereaksi secara baik dan efektif terhadap pengalaman-pengalaman baru. Maknanya individu harus fleksibel supaya dapat menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi kehidupan yang selalu berubah.
Situasi ayang apabila tercapai yang berisikan kebebasan dari ketegangan yang potensial, akan menunjukkan adaptasi yang realistis, berarti pembentukan sistem nilai individu yang mempunyai kesamaan dengan sisitem nilai orang lain dan menjadi rpibadi yang well-adjusted
Sumber : http://makmun.blog.com/2008/09/06/aliran-humanistik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar