Jumat, 01 Oktober 2010

dampak internet terhadap psikologi siswa

Dalam dunia pendidikan internet dapat membantu siswa untuk mengakses
berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing antarsiswa
terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya. Namun, banyak sekali pengaruh negatif atau pengaruh positif di dalam internet.

Contoh pengaruh negatif dari internet adalah Pornografi, kejahatan, rasisme, bahkan sampai yang bersifat pelecehan pun dapat dengan mudah di cari oleh siapa saja. Karena di internet sangat dengan mudah mengakses hal tersebut.

Tapi ada juga contoh positif dari dunia internet. Misalnya, kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan teman atau saudara kita yang berada jauh sampai keberbeda negara pun kita bisa berkomunikasi dengan menggunakan jaringan internet tersebut.

Dan dari beberapa contoh diatas dapat disimpulkan bahwa Internet sebenarnya sangat membantu kita, akan tetapi bila yang mempergunakan internet adalah anak-anak, itu dibutuhkan pengawasan yang ekstra dari orang tua mereka. Walaupun hanya bermain game orang tua pun harus tetap mengawasi dan mengingatkan anak tersebut untuk berhenti bermain game. Karena game bisa membuat seseorang kecanduan. Karena banyak sekali orang yang rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada diwarnet atau di depan komputer hanya untuk bermain game. Jika ini terjadi kepada anak-anak yang masih sekolah atau siswa mereka akan melupakan belajar, karena di fikiran mereka hanya ingin bermain saja.

G 30 SPKI

Yogyakarta (ANTARA) - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak akan pernah terungkap secara utuh karena seluruh tokoh kunci gerakan tersebut sudah meninggal dunia, kata sejarawan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Budiawan.
"Rangkaian kejadiannya memang dapat terlacak, tetapi siapa yang sesungguhnya menjadi dalang gerakan tersebut tidak akan pernah diketahui karena sudah tidak ada tokoh kunci gerakan tersebut yang masih hidup," katanya di Yogyakarta, Kamis.
Selain itu, menurut dia versi-versi sejarah tentang Gerakan 30 September yang diungkapkan para ahli hanya mengungkapkan secara sepotong-sepotong dan sebagian besar tidak melalui metodologi penelitian baku.
"Versi tunggal yang digunakan oleh rezim Orde Baru ternyata juga tidak sepenuhnya benar, cenderung mendramatisasi fakta, bahkan berbagai pihak menganggap versi Soeharto dongeng belaka," katanya.
Selain itu, ia mengatakan diskriminasi yang dialami oleh mantan tahanan politik Orde Baru telah mengakibatkan beban psikologis kepada para mantan tahanan politik tersebut.
"Setelah mereka dibebaskan tidak serta merta mereka mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya karena pada kenyataannya mendapat stigma sangat buruk dari kalangan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan diskriminasi tersebut tidak hanya datang dari negara dan masyarakat, bahkan para mantan tahanan politik Orde Baru mendapat diskriminasi dari saudara mereka.
"Situasi yang mengondisikan para mantan tahanan politik tersebut menjadi pihak yang serba salah. Orde Baru berperan besar dalam menciptakan diskriminasi tersebut," katanya.
Menurut dia, aparatur negara tidak merasa mendiskriminasikan para mantan tahanan politik karena merasa memiliki payung hukum yang sah untuk menempatkan para mantan tahanan politik sebagai warga yang patut dibedakan.
"Oleh karena itu sampai saat ini para mantan tahanan politik tersebut masih menyimpan trauma dan menanggung beban psikologis yang sangat berat," katanya.